nilah perbedaan anak-anak Indonesia dulu dengan sekarang :
1. Anak-anak dulu cuma bisa pegang dan hisap PERMEN berbentuk ROKOK
Anak-anak sekarang sudah hebat pegang dan hisap ROKOK
2. Anak-anak dulu takut sama yang namanya JARUM SUNTIK
Anak-anak sekarang sudah bisa NYUNTIK sendiri (NARKOBA)
3. Anak-anak dulu pintar menyanyikan LAGU ANAK-ANAK
Anak-anak sekarang lebih memilih menyayikan LAGU PERCINTAAN
4. Anak-anak dulu cuma nonton film UNYIL
Anak-anak sekarang tontonannya film SINETRON YANG TIDAK MENDIDIK
5. Anak-anak dulu NONTON BF ngumpet-ngumpet
Anak-anak sekarang terang-terangan BIKIN FILM BF
6. Anak-anak dulu sangat TABU MEMBICARAKAN S***
Anak-anak sekarang sangat HEBAT MELAKUKAN S***
Ini yg paranhnya Hubungan sejenis
7. Anak-anak dulu MENGERTI ARTI PACARAN saat minimal SMP kelas 1
Anak-anak sekarang SUDAH BISA PACARAN sejak SD kelas 1
8. Anak-anak dulu menjadikan anak cewek sebagai TEMAN SEPERMAINAN
Anak-anak sekarang menjadikan anak cewek sebagai KORBAN (PEMERKOSAAN)
9. Anak-anak dulu habis berkelahi kemudian BERDAMAI
Anak-anak sekarang habis berkelahi kemudian MEMBUNUH
10. Anak-anak dulu TAKUT sama GURU
Anak-anak sekarang di TAKUTI sama GURU
11. Anak-anak dulu cuma bisa DIAM ketika dimarahi orangtuanya
Anak-anak sekarang TAK SEGAN MENGANIYAYA bila dimarahi orangtuanya
12. Anak-anak dulu hanya GIGIT JARI bila permintaannya tidak dipenuhi
Anak-anak sekarang akan MENGAMUK bila permintaannya tidak terpenuhi
13. Anak-anak dulu AKAN MENGADU kepada orangtua bila ada MASALAH BERAT
Anak-anak sekarang MEMILIH JALAN PINTAS / BUNUH DIRI hanya karena MASALAH KECIL
14. Anak-anak dulu SUKA MALU-MALU
Anak-anak sekarang TIDAK TAHU MALU, BIKIN MALU, dan MALU-MALUIN
15. Anak-anak dulu MENERIMA bila dikasih baju MODEL apa aja dari ortu
Anak-anak sekarang SUKA MENGKRITIK model baju yang ortu kasih.
16. Anak-anak dulu selalu mengucapkan TERIMA KASIH bila diberi sesuatu
Anak-anak sekarang TIDAK TAHU TERIMA KASIH terhadap apapun
kayaknya tanda-tanda kiamat ni.. :O
Ayo sama-sama kita bina anak-anak kita menjadi anak yang berakhlak mulia.
Masa muda sebentar, masa berkarir juga sebentar, masa kejayaan sebentar, umumnya gak lebih dari 50 tahun. Sedangkan perjalanan usia kehidupan dipenuhi ketidakpastian, kefanaan, yg ujungnya hanya jadi kenangan. Masihkah menyikapi berlebihan masa hidup kita yg hanya sebentar. Padahal kehidupan ini mengarah kepada keabadian sebuah puncak kebahagian, atau puncak kesengsaraan, semuanya tergantung pilihan kita. Taat kepada Allah atau durhaka kepada-Nya
Sabtu, 08 Oktober 2011
10 Alasan Anak-anak Benci Belajar di Sekolah
Anak-anak benci belajar di sekolah. Itu sudah jamak, tetapi mengapa?
1. Ketika mereka ingin mempelajari A, kurikulum memaksa mereka mempelajari B. Duh, nggak minat!
2. Semua minat belajar di luar kurikulum itu hanya hobi yang tidak penting, dan mempelajari hobi tidak boleh berlebihan karena mengganggu pelajaran sekolah.
3. Kalau banyak bertanya (baca: ingin belajar lebih jauh dari lingkup kurikulum), dimarahi.
4. Setelah bosan belajar 7 jam di sekolah, eh pulang ke rumah masih ada PR lagi! Gimana nggak benci?
5. Anehnya ketika sedang asyik-asyiknya belajar A, tiba-tiba harus berhenti karena sudah bel jam pelajaran berikutnya.
6. Pelajaran B, asli membosankan, tetapi anak tidak boleh belajar mata pelajaran lain sampai bel berbunyi. Buang waktu saja! Bosan… Berapa menit lagi ya selesainya?
7. Di kelas, harus duduk diam, mendengarkan, mencatat, lalu setelah menghapal semua data dan fakta, dites, lalu lupa. Di luar sekolah, ilmu itu tidak pernah berguna. Juga tidak pernah keluar dalam percakapan, dengan orang dewasa sekali pun. Lalu belajar apa asyiknya? Apa gunanya?
8. Anak sekolah yang beruntung adalah anak yang kebetulan minatnya sejalan dengan kurikulum. Kebanyakan anak tidak beruntung.
9. Sekarang zaman sudah berubah. Punya ijazah sekolah belum tentu jadi kaya-raya seperti zaman kakek nenek kita. Anak-anak sudah mulai bisa berpikir, buat apa susah-susah belajar hal yang dibenci kalau tidak ada jaminan sukses. Padahal semua orang sukses idola mereka adalah orang-orang yang mengejar minatnya.
10. Manusia terlahir ke dunia dengan nafsu alami memperoleh kebahagiaan dengan cara belajar. Lihat saja bayi dan anak-anak kecil prasekolah, segala hal dicoba dan dipelajari, dan betapa bahagia kelihatannya. Tetapi lalu sekolah mengajarkan pemisahan waktu belajar dan waktu untuk bersenang-senang, seolah-olah itu dua hal yang terpisah. Itulah sebabnya belajar di sekolah itu membosankan.
Kamis, 06 Oktober 2011
Tidak Terasa Usiaku Bertambah +1 lagi
Tidak terasa, hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun telah berlalu. Aku tidak semakin muda, tetapi aku malah semakin tua. Kesempatan hidup di dunia ini pun telah berkurang.
07 Oktober 1988, seorang bayi telah dilahirkan. Bayi yang masih suci, imut dan lucu. Tahun beranjak tahun dia semakin besar dan tumbuh dewasa :)
Itulah saya, Yuda Sartia putra dari bapak Amrizal dan bu Ratna. Seorang anak laki-laki yang dulu nakal dan bandel. Dia sekarang telah menganjak kematangan umur (dewasa). Dan alhamdulillah sekarang sudah menjadi Guru di salah satu mantan sekolahnya dulu tingkat SMP .
saya patut bersyukur kepada Allah S.W.T karena dengan kemurahaannya aku masih bisa hidup dan diberi umur sampai ke 23 tahun ini. Harapan demi harapan dan do’a demi do’a aku panjatkan di ulang tahun ke-23 ini.
Semoga dengan bertambahnya usiaku dan berkurangnya kesempatan hidupku di dunia ini. saya berharap di berikan umur yang panjang, diberi kemudahan untuk beripadah kepada sang pencipta yaitu Allah S.W.T, dijadikan anak yang sholeh taat kepada kedua orang tua, dan dijadikan anak yang dapat berguna untuk semuanya. Amien…
Dan pada kesempatan kali ini saya mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang mengucapkan “SELAMAT” kepada saya baik lewat sms maupun pesan pribadi facebook dan mohon maaf teman-teman tidak bisa kirim aku selamat dari dinding facebook :D dan saya mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada orang tua saya yang selalu mencintai saya dan mendidik saya hingga tumbuh dewasa ini :D. I love you mama and papa.
Dan saya mengucapkan terima kasih kepada instansi-instansi terkait yang mengucapkan Selamat Ulang Tahun Kepada saya.
Dan tidak lupa buat yang ku cinta Insyallah kn jadi pendamping hidupku selamanya thanks Dewi Aryani I Love u So much..(MMuuuuaaahhh)
CAHAYA KEHIDUPAN DENGAN AL QUR'AN
Para penghafal Al-Qur’an adalah orang-orang yang dipilih Allah -sepanjang sejarah kehidupan manusia- untuk menjaga kemurnian Al-Qur’an dari usaha-usaha pemalsuannya, sesuai dengan jaminan Allah SWT.
“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih diantara hamba-hamba Kami.” (QS. Fatir: 32)
Al-Qur’an memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Al-Qur’an adalah manhajul hayah bagi seluruh manusia tanpa terkecuali.
Hifzhul Qur’an merupakan upaya mengakrabkan orang-orang yang beriman dengan kitab sucinya sehingga ia tidak menjadi buta. Terbukti dengan langkanya nilai-nilai Al-Qur’an yang membudaya dan menyatu dalam kehidupan mereka. Muslimat yang masih terbuka auratnya, jelas berbeda dibanding dengan yang menutup auratnya. Ini hanya satu contoh dari sekian banyak pelajaran Al-Qur’an yang belum dilaksanakan oleh jutaan kaum muslimin, baik di negeri ini ataupun di negeri-negeri muslim lainnya.
Allah berfirman : ”Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan bathil).” (QS. Al-Baqarah: 185)
Peletak manhajula hayah yang hakiki adalah Allah. Sebagai umat Islam, tak ada alasan bagi kita untuk meragukan Al-Qur’an.
Allah sendiri memberinya nama Al-Haq dalam firman-Nya,
”Katakanlah, ’Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu Al-Haq (kebenaran Al-Qur’an) dari Rabb kalian...” (QS. Yunus: 108)
Kebenaran hanya milik Allah. Namun kebenaran bukanlah suatu hal yang semu dan relatif. Karena Allah Ta’ala telah menjelaskan kebenaran kepada manusia melalui Al Qur’an dan bimbingan Nabi-Nya Shallallahu’alaihi Wasallam. Tentu kita wajib menyakini bahwa kalam ilahi yang termaktub dalam Al Qur’an adalah memiliki nilai kebenaran mutlak. Lalu siapakah orang yang paling memahami Al Qur’an?
Tanpa ragu, jawabnya adalah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Dengan kata lain, Al Qur’an sesuai pemahaman Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan sabda-sabdaShallallahu’alaihi Wasallam itu sendiri keduanya adalah sumber kebenaran.
Dan siapakah sebetulnya di dunia ini yang paling memahami Al Qur’an serta sabda-sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam? Jawabnya, merekalah para sahabat Nabi radhi’allahu ‘anhum ajma’in.
Jaminan Allah terhadap para sahabat dalam Al Qur’an diantaranya :
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar” (QS. At Taubah: 100)
Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:
خير الناس قرني ، ثم الذين يلونهم ، ثم الذين يلونه
“Sebaik-baik manusia adalah yang ada pada zamanku, kemudian setelah mereka, kemudian setelah mereka”
Dan masih banyak lagi pujian dan pemuliaan dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam terhadap para sahabatnya yang membuat kita tidak mungkin ragu lagi bahwa merekalah umat terbaik, masyarakat terbaik, dan generasi terbaik umat Islam. Berbeda dengan kita yang belum tentu mendapat ridha Allah dan baru kita ketahui kelak di hari kiamat, para sahabat telah dinyatakan dengan tegas bahwa Allah pasti ridha terhadap mereka. Maka yang layak bagi kita adalah memuliakan mereka, meneladani mereka
2. Al-Qur’an adalah ruh bagi orang-orang yang beriman.
“Dan demikianlah Kami wahyukan Ruh (Al-Qur’an) dengan perintah Kami.” (QS. Asy-Syura: 52)
Al-Qur’an adalah ghidza ruhi (santapan). Ini berarti ayat-ayat Al-Qur’an sangat dibutuhkan oleh ruhani kita sebagaimana tubuh kita membutuhkan makanan.
Tilawah Al-Qur’an, apalagi menghafalnya, merupakan upaya yang sangat efektif untuk memperoleh ruh Al-Qur’an di samping ibadah-ibadah lain. Ruh kita akan dipenuhi oleh muatan ayat-ayat Allah yang menjadikannya kuat dalam mengarungi kehidupan. Hidup ini memang tidak lepas dari ujian, baik terhadap diri maupun keluarga.
3. Al-Qur’an sebagai Adz-Dzikir (peringatan)
Allah berfirman, “Al-Qur’an itu tidak lain hanyalah peringatan dan kitab yang memberi penerangan.” (QS. Yasin: 69)
Untuk dapat menjadikan Al-Qur’an sebagai Adz Dzikr, diperlukan hati yang bersih dan keimanan kepada hari akhir.
Tidak semua manusia menjadikan Al-Qur’an sebagai kitab yang memberi peringatan. Betapa banyak orang yang paham dengan isi Al-Qur’an, bahkan banyak yang berinteraksi dengan Al-Qur’an, namun kehidupannya jauh dari Al-Qur’an. Fikrah dan akhlaknya sangat kontradiksi dengan Al-Qur’an. Inilah orang-orang yang disebut-sebut oleh Rasulullah SAW sebagai orang yang merasakan Al-Qur’an di mulutnya saja, dan tidak pernah sampai kepada tenggorokannya.
Sabdanya, ”Mereka membaca Al-Qur’an, (namun ayat-ayatnya) tidak mampu melampaui tenggorokan mereka.” (HR. Muslim)
4. Al-Qur’an sumber pengetahuan alam
Sesuai sifat Allah sendiri sebagai Maha Pencipta dan Maha Mengetahui, sudah sewajarnya jika Al-Qur’an sarat dengan ilmu pengetahuan. Penghafal Al-Qur’an sesungguhnya adalah orang yang otaknya penuh dengan informasi-informasi Allah, baik rinci maupun global. Al-Qur’an sebagai Manhajul hayah menjelaskan tentang pendidikan, ekonomi, dan politik. Sedangkan dari segi iptek di dalamnya banyak isyarat tentang ilmu Fisiologi, Kedokteran, Astronomi, dan lain sebagainya. Isyarat-isyarat ini telah berhasil dituangkan ke dalam sebuah karya yang ditulis oleh Dr. Muhammad Al-Khotib dalam bukunya yang berjudul ’Sains Islam dan Kemukjizatan Dunia’.
Begitu pulaAsy Syaikh Tanthowi dalam tafsirnya Al-Jawahir dan Asy Syaikh Al-Azzindani. Sejarah kehidupan manusia telah mengabadikan kejayaan umat Islam dalam bidang ilmu pengetahuan yang tidak bisa diingkari.
5. Bekal dakwah
Umar r.a. dalam pesannya mengatakan: ”Bekalillah dirimu sebelum kamu menjadi pemimpin.” Bekal pertama yang harus kita perhatikan adalah belajar dan termasuk mengamalkan isi Al-Qur’an sebelum bekal-bekal lainnya yang tidak kalah penting.
“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih diantara hamba-hamba Kami.” (QS. Fatir: 32)
Al-Qur’an memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Al-Qur’an adalah manhajul hayah bagi seluruh manusia tanpa terkecuali.
Hifzhul Qur’an merupakan upaya mengakrabkan orang-orang yang beriman dengan kitab sucinya sehingga ia tidak menjadi buta. Terbukti dengan langkanya nilai-nilai Al-Qur’an yang membudaya dan menyatu dalam kehidupan mereka. Muslimat yang masih terbuka auratnya, jelas berbeda dibanding dengan yang menutup auratnya. Ini hanya satu contoh dari sekian banyak pelajaran Al-Qur’an yang belum dilaksanakan oleh jutaan kaum muslimin, baik di negeri ini ataupun di negeri-negeri muslim lainnya.
Allah berfirman : ”Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan bathil).” (QS. Al-Baqarah: 185)
Peletak manhajula hayah yang hakiki adalah Allah. Sebagai umat Islam, tak ada alasan bagi kita untuk meragukan Al-Qur’an.
Allah sendiri memberinya nama Al-Haq dalam firman-Nya,
”Katakanlah, ’Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu Al-Haq (kebenaran Al-Qur’an) dari Rabb kalian...” (QS. Yunus: 108)
Kebenaran hanya milik Allah. Namun kebenaran bukanlah suatu hal yang semu dan relatif. Karena Allah Ta’ala telah menjelaskan kebenaran kepada manusia melalui Al Qur’an dan bimbingan Nabi-Nya Shallallahu’alaihi Wasallam. Tentu kita wajib menyakini bahwa kalam ilahi yang termaktub dalam Al Qur’an adalah memiliki nilai kebenaran mutlak. Lalu siapakah orang yang paling memahami Al Qur’an?
Tanpa ragu, jawabnya adalah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Dengan kata lain, Al Qur’an sesuai pemahaman Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan sabda-sabdaShallallahu’alaihi Wasallam itu sendiri keduanya adalah sumber kebenaran.
Dan siapakah sebetulnya di dunia ini yang paling memahami Al Qur’an serta sabda-sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam? Jawabnya, merekalah para sahabat Nabi radhi’allahu ‘anhum ajma’in.
Jaminan Allah terhadap para sahabat dalam Al Qur’an diantaranya :
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar” (QS. At Taubah: 100)
Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:
خير الناس قرني ، ثم الذين يلونهم ، ثم الذين يلونه
“Sebaik-baik manusia adalah yang ada pada zamanku, kemudian setelah mereka, kemudian setelah mereka”
Dan masih banyak lagi pujian dan pemuliaan dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam terhadap para sahabatnya yang membuat kita tidak mungkin ragu lagi bahwa merekalah umat terbaik, masyarakat terbaik, dan generasi terbaik umat Islam. Berbeda dengan kita yang belum tentu mendapat ridha Allah dan baru kita ketahui kelak di hari kiamat, para sahabat telah dinyatakan dengan tegas bahwa Allah pasti ridha terhadap mereka. Maka yang layak bagi kita adalah memuliakan mereka, meneladani mereka
2. Al-Qur’an adalah ruh bagi orang-orang yang beriman.
“Dan demikianlah Kami wahyukan Ruh (Al-Qur’an) dengan perintah Kami.” (QS. Asy-Syura: 52)
Al-Qur’an adalah ghidza ruhi (santapan). Ini berarti ayat-ayat Al-Qur’an sangat dibutuhkan oleh ruhani kita sebagaimana tubuh kita membutuhkan makanan.
Tilawah Al-Qur’an, apalagi menghafalnya, merupakan upaya yang sangat efektif untuk memperoleh ruh Al-Qur’an di samping ibadah-ibadah lain. Ruh kita akan dipenuhi oleh muatan ayat-ayat Allah yang menjadikannya kuat dalam mengarungi kehidupan. Hidup ini memang tidak lepas dari ujian, baik terhadap diri maupun keluarga.
3. Al-Qur’an sebagai Adz-Dzikir (peringatan)
Allah berfirman, “Al-Qur’an itu tidak lain hanyalah peringatan dan kitab yang memberi penerangan.” (QS. Yasin: 69)
Untuk dapat menjadikan Al-Qur’an sebagai Adz Dzikr, diperlukan hati yang bersih dan keimanan kepada hari akhir.
Tidak semua manusia menjadikan Al-Qur’an sebagai kitab yang memberi peringatan. Betapa banyak orang yang paham dengan isi Al-Qur’an, bahkan banyak yang berinteraksi dengan Al-Qur’an, namun kehidupannya jauh dari Al-Qur’an. Fikrah dan akhlaknya sangat kontradiksi dengan Al-Qur’an. Inilah orang-orang yang disebut-sebut oleh Rasulullah SAW sebagai orang yang merasakan Al-Qur’an di mulutnya saja, dan tidak pernah sampai kepada tenggorokannya.
Sabdanya, ”Mereka membaca Al-Qur’an, (namun ayat-ayatnya) tidak mampu melampaui tenggorokan mereka.” (HR. Muslim)
4. Al-Qur’an sumber pengetahuan alam
Sesuai sifat Allah sendiri sebagai Maha Pencipta dan Maha Mengetahui, sudah sewajarnya jika Al-Qur’an sarat dengan ilmu pengetahuan. Penghafal Al-Qur’an sesungguhnya adalah orang yang otaknya penuh dengan informasi-informasi Allah, baik rinci maupun global. Al-Qur’an sebagai Manhajul hayah menjelaskan tentang pendidikan, ekonomi, dan politik. Sedangkan dari segi iptek di dalamnya banyak isyarat tentang ilmu Fisiologi, Kedokteran, Astronomi, dan lain sebagainya. Isyarat-isyarat ini telah berhasil dituangkan ke dalam sebuah karya yang ditulis oleh Dr. Muhammad Al-Khotib dalam bukunya yang berjudul ’Sains Islam dan Kemukjizatan Dunia’.
Begitu pulaAsy Syaikh Tanthowi dalam tafsirnya Al-Jawahir dan Asy Syaikh Al-Azzindani. Sejarah kehidupan manusia telah mengabadikan kejayaan umat Islam dalam bidang ilmu pengetahuan yang tidak bisa diingkari.
5. Bekal dakwah
Umar r.a. dalam pesannya mengatakan: ”Bekalillah dirimu sebelum kamu menjadi pemimpin.” Bekal pertama yang harus kita perhatikan adalah belajar dan termasuk mengamalkan isi Al-Qur’an sebelum bekal-bekal lainnya yang tidak kalah penting.
Rabu, 05 Oktober 2011
Sejarah & Proses Pembuatan Kiswah (Kain Penutup Ka'bah)
Pada ka'bah kita sering melihat adanya Kiswah (kain/selimut hitam penutup ka’bah). Tujuan dari pemasangan kain itu adalah untuk melindungi dinding ka’bah dari kotoran, debu, serta panas yang dapat membuatnya menjadi rusak. Selain itu kiswah juga berfungsi sebagai hiasan ka’bah.
Menurut sejarah, Kabah sudah diberi kiswah sejak zaman Nabi Ismail AS, putra Nabi Ibrahim AS. Namun tidak ada catatan yang mengisahkan kiswah pada zaman Nabi Ismail terbuat dari apa dan berwarna apa. Baru pada masa kepemimpinan Raja Himyar Asad Abu Bakr dari Yaman, disebutkan kiswah yang melindungi Ka’bah terbuat dari kain tenun.
Kebijakan Raja Himyar untuk memasang kiswah sesuai tradisi Arab yang berkembang sejak zaman Ismail as diikuti oleh para penerusnya. Pada masa Qusay ibnu Kilab, salah seorang leluhur Nabi Muhammad yang terkemuka, pemasangan kiswah pada Kabah menjadi tanggung jawab masyarakat Arab dari suku Quraisy.
Nabi Muhammad SAW sendiri juga pernah memerintahkan pembuatan kiswah dari kain yang berasal dari Yaman. Sedangkan empat khalifah penerus Nabi Muhammad yang termasuk dalam Khulafa al-Rasyidin memerintahkan pembuatan kiswah dari kain benang kapas.
Sementara itu, pada era Kekhalifahan Abbassiyah, Khalifah ke-4 al-Mahdi memerintahkan supaya kiswah dibuat dari kain sutra Khuz. Pada masa pemerintahannya, kiswah didatangkan dari Mesir dan Yaman.
Menurut catatan sejarah, kiswah tidak selalu berwarna hitam pekat seperti saat ini. Kiswah pertama yang dibuat dari kain tenun dari Yaman justru berwarna merah dan berlajur-lajur. Sedangkan pada masa Khalifah Mamun ar-Rasyid, kiswah dibuat dengan warna dasar putih. Kiswah juga pernah dibuat berwarna hijau atas perintah Khalifah An-Nasir dari Bani Abbasiyah (sekitar abad 16 M) dan kiswah juga pernah dibuat berwarna kuning berdasarkan perintah Muhammad ibnu Sabaktakin.
Penggantian kiswah yang berwarna-warni dari tahun ke tahun, rupanya mengusik benak Kalifah al-Mamun dari Dinasti Abbasiyah, hingga akhirnya diputuskan bahwa sebaiknya warna kiswah itu tetap dari waktu ke waktu yaitu hitam. Hingga saat ini, meskipun kiswah diganti setiap tahun, tetapi warnanya selalu hitam.
Pada era keemasan Islam , tanggung jawab pembuatan maupun pengadaan kiswah selalu dipikul oleh setiap khalifah yang sedang berkuasa di Hijaz, Arab Saudi pada setiap masanya. Meskipun kiswah selalu menjadi tanggung jawab para khalifah, beberapa raja di luar tanah Hijaz pernah menghadiahkan kiswah kepada pemerintah Hijaz.
Dulu, kiswah yang terbuat dari sutera hitam pernah didatangkan dari Mesir yang biayanya diambil dari kas Kerajaan Mesir. Tradisi pengiriman kiswah dari Mesir ini dimulai pada zaman Sultan Sulaiman yang memerintah mesir pada sekitar tahun 950-an H sampai masa pemerintahan Muhammad Ali Pasya sekitar akhir tahun 1920-an.
Ka'bah tanpa kiswah
Setiap tahun, kiswah-kiswah indah yang dibuat di Mesir itu diantar ke Makkah melewati jalan darat menggunakan tandu indah yang disebut mahmal. Kiswah beserta hadiah-hadiah lain di dalam mahmal datang bersamaan dengan rombongan haji dari Mesir yang dikepalai oleh seorang amirul hajj.
Amirul hajj itu ditunjuk secara resmi oleh pemerintah Kerajaan Mesir. Dari Mesir, setelah upacara serah terima, mahmal yang dikawal tentara Mesir berangkat ke terusan Suez dengan kapal khusus hingga ke pelabuhan Jeddah. Setibanya di Hijaz, mahmal tersebut diarak dengan upacara sangat meriah menuju ke Mekkah.
Pengiriman kiswah dari Mesir pernah terlambat hingga awal bulan Dzulhijjah. Hal itu terjadi beberapa waktu setelah meletusnya Perang Dunia I. Keterlambatan pengiriman kiswah terjadi akibat suasana yang tidak aman dan kondusif akibat Perang Dunia I.
Melihat situasi yang kurang baik pada saat itu, Raja Ibnu Saud (pendiri Kerajaan Arab Saudi) mengambil keputusan untuk segera membuat kiswah sendiri mengingat pada tanggal 10 Dzulhijjah, kiswah lama harus diganti dengan kiswah yang baru. Usaha tersebut berhasil dengan pendirian perusahaan tenun yang terdapat di Kampung Jiyad, Mekkah.
Setelah Perang Dunia I berakhir, Raja Farouq I dari Mesir kembali mengirimkan kiswah ke tanah Hijaz. Namun melihat berbagai kondisi pada saat itu, pemerintah Kerajaan Arab Saudi dibawah Raja Abdul Aziz Bin Saud memutuskan untuk membuat pabrik kiswah sendiri pada 1931 di Makkah. Hingga akhirnya kiswah dibuat di Arab Saudi hingga saat ini.
Kain kiswah memiliki keunikan dan keunggulan tersendiri. Pintalan-pintalan benang berwarna emas maupun perak bersatu padu merangkai goresan kalam Ilahi. kiswah menjadi sangat berharga, bukan hanya karena firman-firman Allah SWT yang suci yang dipintal pada kiswah, tetapi juga karena keindahan dan eksotisme pintalan benang berwarna emas dan perak pada permukaannya.
Perpaduan warna emas dan perak pada kaligrafi yang menghiasi kiswah tersebut memiliki nilai seni yang luar biasa. Sebab pembuatannya membutuhkan skill dan bakat yang luar biasa karena tidak semua orang mampu membuat seni seindah itu. Kiswah merupakan simbol kekuatan, kesederhanaan, juga keagungan.
Proses Pembuatan Kiswah
Kiswah pertama kali dibuat dibuat oleh seorang pengrajin bernama Adnan bin Ad dengan bahan baku kulit unta. Namun dalam perkembangannya, kiswah dibuat dari kain sutera. Untuk membuat sebuah kiswah memerlukan 670 kg bahan sutera atau sekitar 600 meter persegi kain sutera yang terdiri dari 47 potong kain. Masing-masing potongan tersebut berukuran panjang 14 meter dan lebar 95 cm.
Ukuran itu sudah disesuaikan untuk menutupi bidang kubus Kabah pada keempat sisinya. Sedangkan untuk hiasan berupa pintalan emas diperlukan 120 kg emas dan beberapa puluh kg perak.
Sejak 1931, kiswah untuk menutupi Kabah diproduksi di sebuah pabrik yang terletak di pinggir kota Mekkah, Arab Saudi. Dalam pabrik tersebut, pembuatan kiswah dilakukan secara modern dengan menggunakan mesin tenun modern. Di pabrik kiswah yang areanya seluas 10 hektare itu dipekerjakan sekitar 240 perajin kiswah.
Dalam pabrik tersebut, kiswah dibuat secara massal. Di sanalah semuanya disiapkan dari perencanaan, pembuatan gambar prototipe kaligrafi, pencucian benang sutera, perajutan kain dasar, pembuatan benang dari berkilo-kilo emas murni dan perak hingga pada pemintalan kaligrafi dari benang emas maupun perak, lalu penjahitan akhir.
Meskipun kiswah tampak hitam jika dilihat dari luar, namun ternyata bagian dalam kiswah itu berwarna putih. Salah satu kalimat yang tertera dalam pintalan emas kiswah adalah kalimah syahadat, Allah Jalla Jalallah, La Ilaha Illallah, dan Muhammad Rasulullah . Surat Ali Imran: 96, Al-Baqarah :144, surat Al-fatihah, surat Al-Ikhlash terpintal indah dalam benang emas untuk menghiasi kiswah.
Kaligrafi yang digunakan untuk menghias kiswah terdiri dari ayat-ayat yang berhubungan dengan haji dan Kabah juga asma-asma Allah yang dimuliakan. Hiasan kaligrafi yang terbuat dari emas dan perak tampak berkilau indah saat terkena cahaya matahari.
Karena menggunakan bahan baku dari benda-benda yang sangat berharga seperti sutera, emas, maupun perak, harga kiswah ini menjadi sangat mahal sekitar Rp 50 miliar.
Sehingga setiap tahun Jawatan Wakaf Kerajaan Arab Saudi harus menyediakan dana sekitar Rp 50 miliar untuk pembuatan kiswah. Menurut sejarah, tradisi penggantian kiswah yang dilakukan setiap tahunnya sudah ada sejak masa Khalifah Al-Mahdi yang merupakan penguasa Dinasti Abbasiyah ke-IV.
Tradisi tersebut bermula ketika, Khalifah al-Mahdi naik haji kemudian penjaga Kabah melapor kepadanya tentang kiswah yang pada saat itu sudah mulai rapuh dan dikhawatirkan akan jatuh. Mendengar laporan yang memprihatinkan itu, Al-Mahdi memerintahkan agar setiap tahun kiswah diganti.
Sejak saat itu, kiswah untuk Ka’bah selalu diganti setiap tahun pada musim haji dan menjadi sebuah tradisi yang harus selalu dijalankan. Dengan demikian tidak ada lagi kiswah yang kondisinya memprihatinkan.
Pasalnya, setiap kiswah hanya memiliki masa pakai Ka’bah selama satu tahun. Bahkan, kiswah bekas dipakai Ka’bah ada yang dipotong-potong kemudian potongan tersebut dijual sebagai penghias rumah maupun kantor.
Langganan:
Postingan (Atom)